Manfaatkan Limbah Mebel untuk Budi Daya Jamur, Rahmat Raup Puluhan Juta Rupiah Per Bulan

Setiap hari, selama delapan tahun terakhir, Rahmatullah (31) selalu bergelut dengan limbah mebel yang ada di desanya.

Potensi limbah mebel yang ada di desanya memang tak banyak dimanfaatkan oleh warga.

Namun, Rahmat mengubahnya menjadi pundi-pundi rupiah.

Limbah kayu dari sejumlah toko mebel, dia kumpulkan secara telaten untuk dijadikan bahan budi daya jamur.

"Di sini, kan, kawasan mebel, jadi saya memanfaatkan limbahnya," kata Rahmat saat ditemui di Desa Sindangmekar, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Senin (11/3/2019).

Mulanya, limbah kayu dicampur dengan bekatul, jagung giling, dan kapur.

Setelah itu, diaduk dan dicampur air hingga merata. Adonan itu kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan dikukus selama delapan jam.

Setelah dikukus, limbah itu akan didiamkan semalaman. Barulah bibit akan dimasukkan ke dalamnya.

Bibitnya berasal dari biji jagung yang direbus kemudian diberi bubuk F1 dan didiamkan. Bungkusan bahan tadi dimasukkan 8 butir jagung yang sudah diberi F1.

Bibit yang dimasukkan selama 30 hari, akan mulai tampak jamur pada permukaannya.

Saat ini, pemasaran jamur milik Rahmat baru dipasarkan di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning).

"Permintaan masih belum terpenuhi saking banyaknya. Tiap tahun peminat jamur itu bertambah, orang semakin mengenal jamur," katanya.

Dalam sekali panen, Rahmat mampu menghasilkan 20 hingga 50 kg jamur dari 10.000 baglog (proses akhir pembibitan jamur).

Harga satu bibit kecil, dibanderol Rp 1.600 dan bibit besar dibanderol Rp 2.100. Jamurnya dijual Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per kilogram.

Omzet yang Rahmat peroleh dari penjualan jamur itu mecapai puluhan juta per bulannya.
Saat ini, dia memiliki 10 orang karyawan.[Tribun]

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :