Miris, SD Terpencil di Cirebon Hanya di Isi 2 Siswa

Miris, sekolah dasar negeri (SDN) 3 Karangwuni Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon merupakan sekolah terpencil dengan akses jalan belum beraspal. Bahkan sekolah tersebut ada satu rombel di isi oleh 2 orang siswa.

Selain itu berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun pojokjabar dilapangan ternyata ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Kepala Sekolah, para tenaga pengajar (guru) serta siswa dari sekolah terpencil.

Diantaranya selain akses jalan yang jauh untuk menuju sekolah yang buruk. Juga kabar tidak sedap harus diterima oleh guru honorer yang bertugas di sekolah terpencil dengan macetnya anggaran dari pemerintah Provinsi Jawa Barat, honorarium pun bulanannya hanya sebesar 300 ribu, dan guru honorer yang ditugaskan sebagai guru bantu daerah terpencil (GBDT) belum dibayar selama setahun lebih.

Bahkan regulasi Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) terhadap Sekolah terpencil, belum mampu menjadi solusi, dimana BOS hanya menghitung jumlah siswa yang terdaftar dalam sistem Dapodik, belanja pegawai honorer dibatasi sebesar 15% sedangkan belanja yang tidak begitu urgent dipaksakan seperti pembayaran koran harian harus dibayar setiap bulan sebesar 300 ribu rupiah.

“Anggaran dari BOS sangat kecil, cair nya pun per triwulan, pembayaran honor yang diterima oleh guru honorer setiap 3 bulan sekali,” ujar Plt Kepsek SDN 3 Karangwuni, Drs DA Hanan, Selasa (12/3/2019).

Masih menurut Plt Kepala SD Negeri 3 Karangwuni, belum lagi dengan beban tagihan pembayaran langganan koran harian yang dipaksakan harus dibayar setiap bulannya sebesar 300 ribu rupiah dikalikan setahun.

Di tuturkan oleh salah seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang berdinas di SD Negeri 3 Karangwuni, Dawud 51 Tahun mengakui jika Sekolah tempatnya mengajar merupakan satu dari tiga Sekolah terpencil yang ada di Kabupaten Cirebon.

“Sekolah kami ini betul masuk Sekolah terpencil, maklum disini jauh dari mana-mana, dan deketnya hanya ke Kabupaten Kuningan,” jelasnya Daud Guru PNS SD Negeri 3 Karangwuni Sedong Cirebon.

Lebih lanjut, Dawud mengatakan dari 5 orang guru yang ditugaskan di SD Negeri 3 Karangwuni, hanya dirinya yang memiliki setatus sebagai guru PNS, sisanya merupakan guru honorer dan guru bantu daerah terpencil.
“Disini guru PNS hanya satu, sisanya ya honorer semua,” ungkapnya.

Masih menurut Dawud, jumlah siswa yang ada di Sekolahnya mengalami penurunan dari tahun ke tahun, bahkan untuk tahun ajaran sekarang jumlah siswanya hanya setengah dari minimal rombel yang ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Dawud berharap Pemerintah Kabupaten Cirebon dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bisa memberikan perhatian yang serius pada Sekolah terpencil, selain minimnya Guru PNS yang ditugaskan di sekolah terpencil juga sarana infrastruktur jalan yang terkesan dibiarkan rusak tanpa ada perbaikan, padahal jalan itu jalan porosdan pembangunan di jalan poros kabupaten Cirebon.

“Kami masyarakat Cirebon merasa “iri” bila melihat jalan poros Kabupaten Kuningan, jalan beraspal bagus tidak seperti di jalan poros Kabupaten Cirebon yang bisa dilihat dan dirasakan sendiri rusak berat dan dibiarkan puluhan tahun,” imbuhnya.

Perlu di ketahui, Cantilan Lojikaum Desa Karangwuni Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon menjadi salah satu wilayah terpencil yang belum begitu menikmati pembangunan yang digadang gadang oleh Pemerintah. Tidak seperti mulusnya jalan Tol Trans Jawa yang membentang ribuan kilometer panjangnya, jalan menuju Cantilan Lojikaum hanya 8 kilometer yang belum beraspal, masyarakat yang berdomisli di Cantilan Lojikaum sudah terbiasa melewati jalan berlumpur dan licin pada musim penghujan.[PojokJabar]

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :