Mengaku Hanya Latihan, Siswa SMP di Cirebon Bobol Ribuan Situs
Bocah 15 tahun berinisial MS di Cirebon bikin geger. Pasalnya, siswa kelas VIII salah satu SMP di Kabupaten Cirebon, itu didatangi polisi. Pada akhir 2018 lalu, sekolahnya didatangi penyidik Bareskrim Polri.
Polisi datang karena ada laporan bahwa MS meretas website resmi milik salah satu pengadilan negeri di Sulawesi. Penanganan di Mabes Polri sepi dari pantauan karena MS masih di bawah umur.
Banyak pihak merahasiakan identitas dan latarbelakangnya. Tapi belakangan, bahkan dari pengakuan MS sendiri, sampai dengan kasus itu mencuat, tak kurang dari seribuan website berhasil ia susupi.
Beberapa ia takeover langsung dengan mengubah tampilan atau menghapus isi websitenya dan sebagian lainnya hanya ia masuki dan sisipi file buatannya hanya untuk mengetes sejauh mana tingkat keamanan website tersebut.
Kepada Radar Cirebon (Jawa Pos Group), MS mengaku tidak pernah mempelajari ilmu hacking tersebut di tempatnya bersekolah. Semua keahlian itu nyaris ia dapatkan dari tutorial di internet dan berbagi pengalaman dengan komunitas-komunitas hacker di dunia maya. Baik melalui Facebook, WhatsApp, dan media lainnya.
“Awalnya tertarik saja. Setelah belajar ada tantangan. Itu kan untuk menguji hasil latihan kita selama ini. saya mulai belajar itu sekitar 2015 sampai dengan 2016. Baru praktik itu 2018. Saat libur sekolah bulan puasa,” ujar MS.
Ada beberapa metode yang digunakan oleh MS untuk melancarkan aksinya. Beberapa di antarnya yakni comfabrik, webdev, over java script, sql injection, dan adminlogin. MS mengaku yang paling banyak ia lakukan terhadap website sekolah, yang domainnya sch.id. Ada juga yang website milik pemerintah yang domainnya .go.id.
“Tapi kebanyakan hanya saya kasih sisipan file. Istilahnya saya nitip file dengan tidak mengubah tampilan website. Tapi ketika admin masuk, akan otomatis tahu ada file baru di websitenya. Itu untuk pemberitahuan kalau security websitenya lemah dan harus diperbaiki,” imbuhnya.
Menurut MS, petualangannya di dunia hacking berakhir setelah aksinya menjebol situs salah satu pengadilan di Sulawesi dilaporkan oleh ‘korban’ ke pihak kepolisian. Polisi pun tidak kesulitan menemukan MS karena saat beraksi, MS menggunakan IP addres dari modem milik sang kakak yang ada di rumahnya.
“Laptop dan HP yang digunakan sekarang masih di Mabes Polri. Sebenarnya sudah bisa diambil sewaktu kasusnya selesai. Sama penyidik juga suruh diambil ke Jakarta, tapi belum sempat. Sekarang sudah kapok dan lebih hati-hati. Kalau komunikasi dengan penyidik masih sering. Kadang ada yang nanya juga jika mereka lagi nangani soal kasus hacker,” jelasnya.
Untuk wilayah Cirebon sendiri, MS mengaku dua kali membobol situs milik SMAN 5 Kota Cirebon dan SMK Gebang. Namun ia tidak sampai men-takeover dua website tersebut. Dua website tersebut hanya disisipi file miliknya sehingga ketika admin tersebut melakukan maintenance atau memeriksa file bisa ketahuan dan menghubinginya.
“Di situ saya biasanya sediakan alamat Facebook saya. Jadi kalau nanti adminnya buka bisa langsung hubungi. Itu saya kasih tahu sebenarnya karena keamanannya lemah. Tapi sampai sekarang filenya masih ada. Berarti tidak dicek sama adminnya,” paparnya.
Untuk membobol satu website, menurut MS, tidak ada waktu yang pasti. Tergantung tingkat keamanannya. Menurutnya, tidak ada sistem yang aman. Semuanya tetap punya celah dan punya risiko. Semakin tinggi tingkat keamanannya, maka akan menjadi tantangan tersendiri untuk para hacker.
“Satu website bisa seharian. Tapi ada juga yang dalam satu hari itu bisa sampai dapat 5 sampai 8 website. Tergantung keamanannya. Kalau ditotal mungkin sudah seribuan website yang dibobol. Setelah ketahuan dan ada polisi, saya dilarang pegang HP dan laptop di rumah sama orang tua. Kira-kira seminggu, setelah itu diizinkan lagi sampai sekarang,” akunya.
MS pun mengaku sempat ditawari penyidik Bareskrim untuk berkarir di Jakarta. Di sana ia ditawari sekolah dan pengembangan ilmu. Upaya yang sama juga menurutnya ditawarkan oleh Pemkab Cirebon yang menawarinya nanti jika sudah lulus SMA untuk bisa masuk ke ITB dan mengembangkan bakatnya.
“Tawaran itu disampaikan penyidik dan pihak kabupaten. Saya masih pikir-pikir. Lagian masih lama juga waktunya. Saya saja masih kelas dua SMP,” tukasnya.
Sementara itu, IW, pembina kesiswaan di sekolah tempat MS menimba ilmu, menyebut pihak sekolah awalnya kaget begitu didatangi oleh penyidik dari kepolisian. Terlebih yang datang tersebut berpangkat AKBP dan memperkenalkan diri sebagai penyidik dari Bareskirm Mabes Polri.
“Mereka datang ke sekolah, tepatnya 3 Oktober 2018. Kita semua kaget tidak ada yang menyangka jika anak didik kita ada yang punya kemampuan begitu (hacking, red).Tapi setelah penyidik membuka fakta-faktanya, kita ada perasaan kaget, namun takjub juga karena anak sekecil itu punya kemampuan yang tidak sembarang orang punya. Kalau dari peyidik jumlah website yang dibobol itu ratusan jumlahnya,” jelasnya kepada Radar Cirebon.
Penyidik pun, menurut IW, memeriksa dan mem-BAP MS di sekolah. Dari mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Banyak pertanyaan yang diajukan saat itu. Termasuk untuk sementara waktu mengamankan HP dan laptop yang digunakan oleh MS.
“Laptop dan modem itu kan punya kakaknya. Awalnya yang mau dibawa dan diperiksa itu kakaknya karena polisi awalnya tidak menyangka jika pelaku itu adalah MS. HP juga punya ibunya. Saat digunakan MS, aplikasi chat seperti WA dan FB ia kloning dulu dan sembunyikan aplikasinya. Jadi kalau malam ia pakai HP ibunya untuk komunikasi dengan komunitasnya,” katanya.
Pihak sekolah pun mendapat perintah untuk mengawasi dan membina MS. Tujuannya agar bakat yang sudah dimiliki oleh MS tidak disalah gunakan untuk hal-hal yang merugikan pihak lain. “Kita sampai dengan saat ini masih menjalani wajib lapor. Pertama ke Bapas Kelas I Cirebon, lalu ke Diskominfo Kabupaten Cirebon. Rutin sebulan sekali,” bebernya.
Pihak sekolah, sambung IW, ingin bakat yang dimiliki MS bisa dikembangkan dan diarahkan menjadi hal yang positif. “Dari kejadian ini kami juga memproteksi MS agar semangatnya tak surut dan tetap belajar untuk pengambangan diri, namun harus ke arah yang lebih baik,” ungkapnya.
Ditambahkan IW, MS sendiri merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Kakak pertamanya bekerja sebagai bidan dan kakak ketiganya saat ini kuliah di Thailand mengambil S2 jurusan kimia. “Memang dari keluarga cerdas juga. Bahkan kakaknya yang di Thailand itu ambil jurusan kimia di sana,” kata IW.
Sementara itu, Plt Kepala Bapas Kelas I Cirebon Drs Eris Rastiyah saat dihubungi Radar Cirebon membenarkan kasus yang membelit MS. Menurutnya, untuk kasus tersebut sudah melalui proses diversi sesuai dengan sistem peradilan anak. Sehingga tidak dilakukan penahanan terhadap MS.
“Proses diversi berhasil. Karena lokasinya di luar pulau (Sulawesi, red) kita saat itu mediasinya sampai melakukan teleconference dengan yang ada di Sulawesi. Diversi selain karena pelaku adalah anak-anak, juga dilakukan karena tuntutan hukumannya d ibawah tujuh tahun,” jelasnya.
Dilanjutkan Eris, para pihak yang hadir menyelesaikan masalah tersebut sepakat kemapuan yang dimiliki oleh MS harus dikembangkan ke arah positif dan tidak boleh mati. Oleh karena itu, Diskominfo dalam persoalan ini pun dilibatkan untuk memberikan kontribusi terkait tumbuh kembang MS nantinya. “Kita sepakat jika kemampuannya harus tetap dikembangkan dan diarahkan ke hal positif. Sampai sekarang masih wajib lapor dan terus kita lakukan pendampingan,” pungkas Eris.[JawaPos]
Polisi datang karena ada laporan bahwa MS meretas website resmi milik salah satu pengadilan negeri di Sulawesi. Penanganan di Mabes Polri sepi dari pantauan karena MS masih di bawah umur.
Banyak pihak merahasiakan identitas dan latarbelakangnya. Tapi belakangan, bahkan dari pengakuan MS sendiri, sampai dengan kasus itu mencuat, tak kurang dari seribuan website berhasil ia susupi.
Beberapa ia takeover langsung dengan mengubah tampilan atau menghapus isi websitenya dan sebagian lainnya hanya ia masuki dan sisipi file buatannya hanya untuk mengetes sejauh mana tingkat keamanan website tersebut.
Kepada Radar Cirebon (Jawa Pos Group), MS mengaku tidak pernah mempelajari ilmu hacking tersebut di tempatnya bersekolah. Semua keahlian itu nyaris ia dapatkan dari tutorial di internet dan berbagi pengalaman dengan komunitas-komunitas hacker di dunia maya. Baik melalui Facebook, WhatsApp, dan media lainnya.
“Awalnya tertarik saja. Setelah belajar ada tantangan. Itu kan untuk menguji hasil latihan kita selama ini. saya mulai belajar itu sekitar 2015 sampai dengan 2016. Baru praktik itu 2018. Saat libur sekolah bulan puasa,” ujar MS.
Ada beberapa metode yang digunakan oleh MS untuk melancarkan aksinya. Beberapa di antarnya yakni comfabrik, webdev, over java script, sql injection, dan adminlogin. MS mengaku yang paling banyak ia lakukan terhadap website sekolah, yang domainnya sch.id. Ada juga yang website milik pemerintah yang domainnya .go.id.
“Tapi kebanyakan hanya saya kasih sisipan file. Istilahnya saya nitip file dengan tidak mengubah tampilan website. Tapi ketika admin masuk, akan otomatis tahu ada file baru di websitenya. Itu untuk pemberitahuan kalau security websitenya lemah dan harus diperbaiki,” imbuhnya.
Menurut MS, petualangannya di dunia hacking berakhir setelah aksinya menjebol situs salah satu pengadilan di Sulawesi dilaporkan oleh ‘korban’ ke pihak kepolisian. Polisi pun tidak kesulitan menemukan MS karena saat beraksi, MS menggunakan IP addres dari modem milik sang kakak yang ada di rumahnya.
“Laptop dan HP yang digunakan sekarang masih di Mabes Polri. Sebenarnya sudah bisa diambil sewaktu kasusnya selesai. Sama penyidik juga suruh diambil ke Jakarta, tapi belum sempat. Sekarang sudah kapok dan lebih hati-hati. Kalau komunikasi dengan penyidik masih sering. Kadang ada yang nanya juga jika mereka lagi nangani soal kasus hacker,” jelasnya.
Untuk wilayah Cirebon sendiri, MS mengaku dua kali membobol situs milik SMAN 5 Kota Cirebon dan SMK Gebang. Namun ia tidak sampai men-takeover dua website tersebut. Dua website tersebut hanya disisipi file miliknya sehingga ketika admin tersebut melakukan maintenance atau memeriksa file bisa ketahuan dan menghubinginya.
“Di situ saya biasanya sediakan alamat Facebook saya. Jadi kalau nanti adminnya buka bisa langsung hubungi. Itu saya kasih tahu sebenarnya karena keamanannya lemah. Tapi sampai sekarang filenya masih ada. Berarti tidak dicek sama adminnya,” paparnya.
Untuk membobol satu website, menurut MS, tidak ada waktu yang pasti. Tergantung tingkat keamanannya. Menurutnya, tidak ada sistem yang aman. Semuanya tetap punya celah dan punya risiko. Semakin tinggi tingkat keamanannya, maka akan menjadi tantangan tersendiri untuk para hacker.
“Satu website bisa seharian. Tapi ada juga yang dalam satu hari itu bisa sampai dapat 5 sampai 8 website. Tergantung keamanannya. Kalau ditotal mungkin sudah seribuan website yang dibobol. Setelah ketahuan dan ada polisi, saya dilarang pegang HP dan laptop di rumah sama orang tua. Kira-kira seminggu, setelah itu diizinkan lagi sampai sekarang,” akunya.
MS pun mengaku sempat ditawari penyidik Bareskrim untuk berkarir di Jakarta. Di sana ia ditawari sekolah dan pengembangan ilmu. Upaya yang sama juga menurutnya ditawarkan oleh Pemkab Cirebon yang menawarinya nanti jika sudah lulus SMA untuk bisa masuk ke ITB dan mengembangkan bakatnya.
“Tawaran itu disampaikan penyidik dan pihak kabupaten. Saya masih pikir-pikir. Lagian masih lama juga waktunya. Saya saja masih kelas dua SMP,” tukasnya.
Sementara itu, IW, pembina kesiswaan di sekolah tempat MS menimba ilmu, menyebut pihak sekolah awalnya kaget begitu didatangi oleh penyidik dari kepolisian. Terlebih yang datang tersebut berpangkat AKBP dan memperkenalkan diri sebagai penyidik dari Bareskirm Mabes Polri.
“Mereka datang ke sekolah, tepatnya 3 Oktober 2018. Kita semua kaget tidak ada yang menyangka jika anak didik kita ada yang punya kemampuan begitu (hacking, red).Tapi setelah penyidik membuka fakta-faktanya, kita ada perasaan kaget, namun takjub juga karena anak sekecil itu punya kemampuan yang tidak sembarang orang punya. Kalau dari peyidik jumlah website yang dibobol itu ratusan jumlahnya,” jelasnya kepada Radar Cirebon.
Penyidik pun, menurut IW, memeriksa dan mem-BAP MS di sekolah. Dari mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Banyak pertanyaan yang diajukan saat itu. Termasuk untuk sementara waktu mengamankan HP dan laptop yang digunakan oleh MS.
“Laptop dan modem itu kan punya kakaknya. Awalnya yang mau dibawa dan diperiksa itu kakaknya karena polisi awalnya tidak menyangka jika pelaku itu adalah MS. HP juga punya ibunya. Saat digunakan MS, aplikasi chat seperti WA dan FB ia kloning dulu dan sembunyikan aplikasinya. Jadi kalau malam ia pakai HP ibunya untuk komunikasi dengan komunitasnya,” katanya.
Pihak sekolah pun mendapat perintah untuk mengawasi dan membina MS. Tujuannya agar bakat yang sudah dimiliki oleh MS tidak disalah gunakan untuk hal-hal yang merugikan pihak lain. “Kita sampai dengan saat ini masih menjalani wajib lapor. Pertama ke Bapas Kelas I Cirebon, lalu ke Diskominfo Kabupaten Cirebon. Rutin sebulan sekali,” bebernya.
Pihak sekolah, sambung IW, ingin bakat yang dimiliki MS bisa dikembangkan dan diarahkan menjadi hal yang positif. “Dari kejadian ini kami juga memproteksi MS agar semangatnya tak surut dan tetap belajar untuk pengambangan diri, namun harus ke arah yang lebih baik,” ungkapnya.
Ditambahkan IW, MS sendiri merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Kakak pertamanya bekerja sebagai bidan dan kakak ketiganya saat ini kuliah di Thailand mengambil S2 jurusan kimia. “Memang dari keluarga cerdas juga. Bahkan kakaknya yang di Thailand itu ambil jurusan kimia di sana,” kata IW.
Sementara itu, Plt Kepala Bapas Kelas I Cirebon Drs Eris Rastiyah saat dihubungi Radar Cirebon membenarkan kasus yang membelit MS. Menurutnya, untuk kasus tersebut sudah melalui proses diversi sesuai dengan sistem peradilan anak. Sehingga tidak dilakukan penahanan terhadap MS.
“Proses diversi berhasil. Karena lokasinya di luar pulau (Sulawesi, red) kita saat itu mediasinya sampai melakukan teleconference dengan yang ada di Sulawesi. Diversi selain karena pelaku adalah anak-anak, juga dilakukan karena tuntutan hukumannya d ibawah tujuh tahun,” jelasnya.
Dilanjutkan Eris, para pihak yang hadir menyelesaikan masalah tersebut sepakat kemapuan yang dimiliki oleh MS harus dikembangkan ke arah positif dan tidak boleh mati. Oleh karena itu, Diskominfo dalam persoalan ini pun dilibatkan untuk memberikan kontribusi terkait tumbuh kembang MS nantinya. “Kita sepakat jika kemampuannya harus tetap dikembangkan dan diarahkan ke hal positif. Sampai sekarang masih wajib lapor dan terus kita lakukan pendampingan,” pungkas Eris.[JawaPos]