Siswa SMK Tamsis Cirebon Ditangkap Ikut Demo di Jakarta? Ini Faktanya
Pihak sekolah Taman Karya Madya atau akrab disapa Tamsis Cirebon memastikan tidak ada siswanya yang berangkat ke Jakarta untuk mengikuti aksi.
Pihak sekolah langsung memberikan klarifikasi atas informasi yang tersebar melalui jejaring pesan media sosial terkait sejumlah siswa SMK Tamsis di Jakarta saat akan mengikuti unjur rasa.
"Informasi yang kami dapat dari pesan berantai itu ada 11 yang katanya dari siswa kami. Tapi setelah kami kroscek nama-nama yang ada dalam pesan itu tidak ada di data siswa kami. Jadi kami klarifikasi itu bukan siswa kami," kata Wakasek Kesiswaan Titiek Wintri Komaliah, Selasa (1/10/2019).
Dalam pesan berantai tersebut tertulis layaknya laporan anggota polisi kepada atasan. Seraya mengutip pesan yang beredar di Whatsapp, pada hari Selasa tanggal 1 Oktober 2019 pukul 08.00 WIB telah diamankan pelajar sekolah di Stasiun Tanjung Priok Jakarta.
Selanjutnya pelajar tersebut diduga akan berangkat menuju ke Gedung DPR / MPR RI Jakarta Pusat untuk melakukan aksi demo. Dari pesan tersebut, tercatat daftar siswa yang diamankan polisi dan 11 diantaranya dari SMK Tamsis Cirebon.
Wintri mengaku menerima informasi tersebut dari Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X Provinsi Jawa Barat.
"Kami juga sampai dihubungi Polda Metro Jaya dan polsek setempat dan kami sudah klarifikasi," ujar dia.
Dia mengaku, sempat menghubungi salah seorang siswa yang namanya hampir mirip dengan laporan tersebut. Hasilnya, siswa tersebut ada di rumah dan tidak ikut aksi ke Jakarta.
Titiek mengaku sudah berbicara langsung dengan orangtua siswa tersebut. Bahkan, dia sempat meminta waktu berbicara dengan siswa yang namanya hampir mirip dengan laporan pesan berantai.
"Hampir mirip beda huruf saja dan untuk meyakinkan saya telepon minta bicara dengan anaknya. Ternyata ada di rumah di Cirebon dan tidak ke luar kota," kata dia.
Titiek mengaku sudah mengantisipasi agar siswanya tidak ikut aksi demonstrasi, baik di Jakarta maupun daerah lain termasuk di Cirebon.
Dalam upaya tersebut, Titiek bekerjasama dengan Polsek setempat melakukan pembinaan setiap hari sebelum belajar. Bahkan, kata dia, sekolah sudah mengantisipasi siswanya agar tidak ikut demo, jauh hari sebelumnya.
"Polsek juga kooperatif selalu berkoordinasi dengan kami termasuk saat wacana aksi bergulir," ujar dia.
Kerja sama sekolah dan polisi melakukan pembinaan terhadap siswa dianggap memberikan hasil. Dia menyebutkan, siswanya tidak ada yang ikut aksi yang digelar di Cirebon.
Dia mengaku, saat aksi di Cirebon, siswa SMK Tamsis sedang mengikuti rangkaian Ujian Tengah Semester (UTS). Polisi pun mengawal UTS di SMK Tamsis hingga selesai.
"Ada rangkaiannya sebelum UTS ikut pembinaan dulu setelah itu senam dan UTS," ujar dia.[Liputan6]
Pihak sekolah langsung memberikan klarifikasi atas informasi yang tersebar melalui jejaring pesan media sosial terkait sejumlah siswa SMK Tamsis di Jakarta saat akan mengikuti unjur rasa.
"Informasi yang kami dapat dari pesan berantai itu ada 11 yang katanya dari siswa kami. Tapi setelah kami kroscek nama-nama yang ada dalam pesan itu tidak ada di data siswa kami. Jadi kami klarifikasi itu bukan siswa kami," kata Wakasek Kesiswaan Titiek Wintri Komaliah, Selasa (1/10/2019).
Dalam pesan berantai tersebut tertulis layaknya laporan anggota polisi kepada atasan. Seraya mengutip pesan yang beredar di Whatsapp, pada hari Selasa tanggal 1 Oktober 2019 pukul 08.00 WIB telah diamankan pelajar sekolah di Stasiun Tanjung Priok Jakarta.
Selanjutnya pelajar tersebut diduga akan berangkat menuju ke Gedung DPR / MPR RI Jakarta Pusat untuk melakukan aksi demo. Dari pesan tersebut, tercatat daftar siswa yang diamankan polisi dan 11 diantaranya dari SMK Tamsis Cirebon.
Wintri mengaku menerima informasi tersebut dari Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X Provinsi Jawa Barat.
"Kami juga sampai dihubungi Polda Metro Jaya dan polsek setempat dan kami sudah klarifikasi," ujar dia.
Dia mengaku, sempat menghubungi salah seorang siswa yang namanya hampir mirip dengan laporan tersebut. Hasilnya, siswa tersebut ada di rumah dan tidak ikut aksi ke Jakarta.
Titiek mengaku sudah berbicara langsung dengan orangtua siswa tersebut. Bahkan, dia sempat meminta waktu berbicara dengan siswa yang namanya hampir mirip dengan laporan pesan berantai.
"Hampir mirip beda huruf saja dan untuk meyakinkan saya telepon minta bicara dengan anaknya. Ternyata ada di rumah di Cirebon dan tidak ke luar kota," kata dia.
Titiek mengaku sudah mengantisipasi agar siswanya tidak ikut aksi demonstrasi, baik di Jakarta maupun daerah lain termasuk di Cirebon.
Dalam upaya tersebut, Titiek bekerjasama dengan Polsek setempat melakukan pembinaan setiap hari sebelum belajar. Bahkan, kata dia, sekolah sudah mengantisipasi siswanya agar tidak ikut demo, jauh hari sebelumnya.
"Polsek juga kooperatif selalu berkoordinasi dengan kami termasuk saat wacana aksi bergulir," ujar dia.
Kerja sama sekolah dan polisi melakukan pembinaan terhadap siswa dianggap memberikan hasil. Dia menyebutkan, siswanya tidak ada yang ikut aksi yang digelar di Cirebon.
Dia mengaku, saat aksi di Cirebon, siswa SMK Tamsis sedang mengikuti rangkaian Ujian Tengah Semester (UTS). Polisi pun mengawal UTS di SMK Tamsis hingga selesai.
"Ada rangkaiannya sebelum UTS ikut pembinaan dulu setelah itu senam dan UTS," ujar dia.[Liputan6]