Nenek Kaltum, Potret Kemiskinan Kota Cirebon Yang Terlupakan
PERNAHKAH kita membayangkan bagaimana kita di usia senja nanti dengan segala keterbatasan..? Tentunya semuanya sudah berubah menurun drastis, baik fisik maupun psikis. Namun yang jelas pastinya kita berharap agar masa tua kita nanti bahagia dikelilingi orang-orang tercinta dan tak kurang suatu apa pun..amiiin.
Begitulah kehidupan..masa anak-anak, masa muda, lalu masa dewasa dan masa tua. Ada di fase kehidupan yang mana Anda sekarang? Tak usah dijawab.. mari kita tengok kisah nyata, nyata se nyata-nyatanya seorang usia lanjut di Kota Cirebon ini.
Namanya Kaltum (85) biasa dipanggil nenek Kaltum oleh warga RT 02/07 Kayuwalang Kota Cirebon yang menjadi tempat tinggal nya selama ini. Namun rumah tinggalnya ini sangat jauh dikatakan layak, bahkan lebih tepat mungkin disebut gubuk reyot dengan kondisi yang lagi-lagi sangat memprihatinkan.
Nenek Kaltum menjalani masa tuanya hanya ditemani anak semata wayangnya yang menjanda alias tak punya suami. Dalam kesehariannya mereka hanya mengandalkan dari hasil mengumpulkan barang bekas yang tak seberapa.
Alhasil kehidupan nenek renta ini pun pastinya biasa disebut popular kata-kata orang pintar dengan istilah hidup berada di “Bawah Garis Kemiskinan”. Suatu kondisi di masa tua yang tentunya kita semua jangan sampai mengalaminya.
Gubuk nenek Kaltum berukuran 2×3 m2 yang hanya berdindingkan bata yang sudah tak merah lagi. Mirisnya kondisi gubuknya ini dipenuhi sampah, sementara tempat tidur sang nenek haya terbuat dari kain-kain bekas yang sudah usang dan sobek.
Mungkin karena usia yang sudah renta, ditambah sakitnya yang tak pernah bisa diobati, kini kondisi Nenek Kaltum mengkhawatirkan. Ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa, terutama ketidakberdayaan fisik membuat dirinya tidak bisa beranjak dari tempat tidur.
Untuk sekedar buang air kecil saja sudah tak mampu pergi jauh, terutama memang tak ada tempat MCK di rumahnya.
“Suami Saya sudah lama meninggal dunia dan kini Saya hanya dengan anak berdua. Kasihan Dia juga tak bersuami, sehingga hidupnya hanya bisa makan dari hasil mengumpulkan barang bekas. Kami berdua kadang tak bisa makan,” ujar Nenek Kaltum dengan suara bergetar nyaris tak terdengar.
Sementara itu, Ketua RT 07 Kayuwalang, Iman, mengaku selama ini sudah berusaha menguatkan kondisi kehidupan sang nenek dan anaknya. Namun memang tak dipungkirinya, warganya tersebut memerlukan uluran tangan dari dermawan.
“Pekerjaan anaknya hanya mengumpulkan barang bekas (rongsokan) sehingga tidak mampu untuk membiayai pengobatan neneknya. Bahkan untuk makan sehari hari pun kadang terpenuhi kadang tidak,”ucapnya.[Gragepolitan]
Begitulah kehidupan..masa anak-anak, masa muda, lalu masa dewasa dan masa tua. Ada di fase kehidupan yang mana Anda sekarang? Tak usah dijawab.. mari kita tengok kisah nyata, nyata se nyata-nyatanya seorang usia lanjut di Kota Cirebon ini.
Namanya Kaltum (85) biasa dipanggil nenek Kaltum oleh warga RT 02/07 Kayuwalang Kota Cirebon yang menjadi tempat tinggal nya selama ini. Namun rumah tinggalnya ini sangat jauh dikatakan layak, bahkan lebih tepat mungkin disebut gubuk reyot dengan kondisi yang lagi-lagi sangat memprihatinkan.
Nenek Kaltum menjalani masa tuanya hanya ditemani anak semata wayangnya yang menjanda alias tak punya suami. Dalam kesehariannya mereka hanya mengandalkan dari hasil mengumpulkan barang bekas yang tak seberapa.
Alhasil kehidupan nenek renta ini pun pastinya biasa disebut popular kata-kata orang pintar dengan istilah hidup berada di “Bawah Garis Kemiskinan”. Suatu kondisi di masa tua yang tentunya kita semua jangan sampai mengalaminya.
Gubuk nenek Kaltum berukuran 2×3 m2 yang hanya berdindingkan bata yang sudah tak merah lagi. Mirisnya kondisi gubuknya ini dipenuhi sampah, sementara tempat tidur sang nenek haya terbuat dari kain-kain bekas yang sudah usang dan sobek.
Mungkin karena usia yang sudah renta, ditambah sakitnya yang tak pernah bisa diobati, kini kondisi Nenek Kaltum mengkhawatirkan. Ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa, terutama ketidakberdayaan fisik membuat dirinya tidak bisa beranjak dari tempat tidur.
Untuk sekedar buang air kecil saja sudah tak mampu pergi jauh, terutama memang tak ada tempat MCK di rumahnya.
“Suami Saya sudah lama meninggal dunia dan kini Saya hanya dengan anak berdua. Kasihan Dia juga tak bersuami, sehingga hidupnya hanya bisa makan dari hasil mengumpulkan barang bekas. Kami berdua kadang tak bisa makan,” ujar Nenek Kaltum dengan suara bergetar nyaris tak terdengar.
Sementara itu, Ketua RT 07 Kayuwalang, Iman, mengaku selama ini sudah berusaha menguatkan kondisi kehidupan sang nenek dan anaknya. Namun memang tak dipungkirinya, warganya tersebut memerlukan uluran tangan dari dermawan.
“Pekerjaan anaknya hanya mengumpulkan barang bekas (rongsokan) sehingga tidak mampu untuk membiayai pengobatan neneknya. Bahkan untuk makan sehari hari pun kadang terpenuhi kadang tidak,”ucapnya.[Gragepolitan]