Waduh, 41.318 Balita di Indramayu Derita Stunting
Sedikitnya 41.318 balita di Kabupaten Indramayu dinyatakan stunting (kerdil). Hal tersebut tak lepas dari lemahnya pengawasan orangtua terhadap anak-anak mereka. Akibatnya, pemberian asupan gizi kepada balita tidak begitu diperhatikan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Deden Boni Koswara mengatakan, jumlah balita penderita stunting masih tergolong tinggi. Data Dinas Kesehatan 2017, jumlah balita di Kabupaten Indramayu sebanyak 138.188 jiwa. Sebanyak 29,9 persen balita di antaranya menderita stunting.
Angka tersebut hampir dikategorikan tinggi. ”Untuk 10-20 (persen) tergolong rendah, 20-30 sedang, 30-40 tinggi, dan di atas 40 sangat tinggi,” ujarnya, Minggu 25 November 2018.
Berdasarkan penelitian, kata Deden, banyak faktor penyebab seseorang menderita stunting. Namun, dapat disimpulkan jika faktor yang menjadi penyebab utama adalah kurangnya asupan gizi di masa awal perkembangan balita.
Seharusnya orangtua memberikan gizi yang sangat cukup di masa 2 tahun hidup balita. Masa tersebut merupakan masa penentu perkembangan anak ke depannya.
Di Kabupaten Indramayu masih banyak balita yang tidak mendapat pengawasan ketat dari orangtuanya. Deden mengatakan, masih banyak orangtua yang menyerahkan perawatan anak-anaknya kepada nenek atau sanak saudara.
Orangtua lebih memilih bekerja mencari nafkah di dalam ataupun luar negeri. Fakta di lapangan, sering kali anak-anak tersebut tidak diperhatikan asupan gizinya. ”Pola asuh yang salah. Balita diberi makan apa saja seadanya,” ujarnya.
Untuk menuntaskan kasus stunting diperlukan kesadaran dari para orangtua. Pemerintah daerah pun hingga saat ini masih terus berupaya mengurangi kasus stunting di Kabupaten Indramayu.
Fasilitas minim
Terpisah, Wakil Bupati Indamayu Supendi menuturkan, adanya kasus stunting tak lepas dari masih minimnya fasilitas kesehatan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah berupaya meningkatkan fasilitas-fasilitas kesehatan di Kabupaten Indramayu. Secara bertahap fasilitas di 49 puskesmas akan ditingkatkan dengan kamar rawat inap.
Supendi berharap dalam waktu dekat semua puskesmas bisa ditingkatkan fasilitasnya. ”Kepuasan masyarakat tergantung dari pelayanan yang diberikan oleh jajaran Dinas Kesehatan. Oleh karena itu, ASN (aparatur sipil negara) yang diberikan kepercayaan harus bisa mengemban amanah tersebut dan bertekad untuk mengatasi permasalahan kesehatan secara maksimal,” kata Supendi menegaskan.
Peningkatan layanan dinilai sangat penting karena Kabupaten Indramayu ditargetkan bebas stunting pada 2023 mendatang.[PR]
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Deden Boni Koswara mengatakan, jumlah balita penderita stunting masih tergolong tinggi. Data Dinas Kesehatan 2017, jumlah balita di Kabupaten Indramayu sebanyak 138.188 jiwa. Sebanyak 29,9 persen balita di antaranya menderita stunting.
Angka tersebut hampir dikategorikan tinggi. ”Untuk 10-20 (persen) tergolong rendah, 20-30 sedang, 30-40 tinggi, dan di atas 40 sangat tinggi,” ujarnya, Minggu 25 November 2018.
Berdasarkan penelitian, kata Deden, banyak faktor penyebab seseorang menderita stunting. Namun, dapat disimpulkan jika faktor yang menjadi penyebab utama adalah kurangnya asupan gizi di masa awal perkembangan balita.
Seharusnya orangtua memberikan gizi yang sangat cukup di masa 2 tahun hidup balita. Masa tersebut merupakan masa penentu perkembangan anak ke depannya.
Di Kabupaten Indramayu masih banyak balita yang tidak mendapat pengawasan ketat dari orangtuanya. Deden mengatakan, masih banyak orangtua yang menyerahkan perawatan anak-anaknya kepada nenek atau sanak saudara.
Orangtua lebih memilih bekerja mencari nafkah di dalam ataupun luar negeri. Fakta di lapangan, sering kali anak-anak tersebut tidak diperhatikan asupan gizinya. ”Pola asuh yang salah. Balita diberi makan apa saja seadanya,” ujarnya.
Untuk menuntaskan kasus stunting diperlukan kesadaran dari para orangtua. Pemerintah daerah pun hingga saat ini masih terus berupaya mengurangi kasus stunting di Kabupaten Indramayu.
Fasilitas minim
Terpisah, Wakil Bupati Indamayu Supendi menuturkan, adanya kasus stunting tak lepas dari masih minimnya fasilitas kesehatan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah berupaya meningkatkan fasilitas-fasilitas kesehatan di Kabupaten Indramayu. Secara bertahap fasilitas di 49 puskesmas akan ditingkatkan dengan kamar rawat inap.
Supendi berharap dalam waktu dekat semua puskesmas bisa ditingkatkan fasilitasnya. ”Kepuasan masyarakat tergantung dari pelayanan yang diberikan oleh jajaran Dinas Kesehatan. Oleh karena itu, ASN (aparatur sipil negara) yang diberikan kepercayaan harus bisa mengemban amanah tersebut dan bertekad untuk mengatasi permasalahan kesehatan secara maksimal,” kata Supendi menegaskan.
Peningkatan layanan dinilai sangat penting karena Kabupaten Indramayu ditargetkan bebas stunting pada 2023 mendatang.[PR]