Situs Petilasan Pangeran Pasarean Tujuan Favorit Para Peziarah
Cirebon memiliki banyak destinasi wisata religi peninggalan syiar Islam di Pulau Jawa. Salah satu diantara yang sering dikunjungi yaitu Situs Petilasan Keramat Pangeran Pasarean.
Situs yang terletak di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon ini ramai dikunjungi para peziarah pada bulan tertentu. Ditempat tersebut, rutin diadakan acara seperti tradisi Muludan, haul buyut, rebo wekasan, tradisi safar, dan lain sebagainya.
Kuncen Situs Petilasan Keramat Pangeran Pasarean, R Hasan Ashari menerangkan situs ini merupakan petilasan Pangeran Pasarean ketika menyiarkan agama Islam khususnya di tanah Cirebon sekitar abad ke-15 Masehi. Kini, situs petilasan berubah menjadi areal pemakaman. Sedangkan Pangeran Pasarean dimakamkan di Gunung Jati.
"Banyak peziarah datang ke sini pada waktu-waktu tertentu khusunya ketika ada peringatan hari keagamaan" katanya, Kamis (18/10/2018).
Pangeran Pasarean, lanjutnya merupakan salah satu anak dari Sunan Gunung Jati. Ibunya bernama Nyi Mae Tapa Sari atau lebih dikenal dengan nama Putri Ki Ageng Tepasan yang berasal dari Majapahit.
"Nama aslinya adalah Pangeran Arifin, lahir tahun 1405 masehi. Dari kecil, dirinya sudah diajarkan ilmu agama oleh orang tuanya" ujar Hasan.
Menurut Hasan, tugas utama yang diemban Pangeran Arifin yakni menjaga perbatasan antara Kesultan Cirebon dan Kerajaan Galuh. Namun, karena Pangeran Arifin sering menggantikan Sunan Gunung Jati menjalankan tugas pemerintahan kemudian digelari Adipati Pangeran Pasarean.
"Tugas tersebut dilakukan ketika ayahnya sedang mensyiarkan agamas Islam ke daerah lain" ucapnya.
Dijelaskan, dulu situs petilasan merupakan tempat penggemblengan pasukan Kesultanan Cirebon. Tujuannya, untuk menjaga perbatasan agar aman dari serangan musuh. Terkadang, Pangeran Pasarean menemui utusan dari kerajaan lain di tempat tersebut.
Dikisahkan, ketika Pangeran Pasarean dan para prajuritnya hendak menuju ke Gunung Ciremai. Ketika melintasi wilayah Sumber, rombongan berhenti di sebuah gundukan tanah seperti hubung. Pangeran Pasarean lalu menggoresan senjata Cis-nya ditempat tersebut.
"Dipercayai, goresan senjata Cis-nya Pangeran Pasarean berubah menjadi Sungai Cipager, sedangkan gundukan tanah tadi sekarang bernama daerah Gegunung" sebut Hasan.
Di tempat itu juga, tambahnya, rombongan sempat dihadang oleh Sang Ikul Tua yang berwujud macan dan bertempur. Setelah mengetahui jatidiri Pangeran Pasarean, mereka sepakat untuk saling menjaga keamanan dari serangan musuh.
"Sang Ikul Tua adalah telik sandi Kerajaan Padjajaran. Tempat kesepakatan menjadi perbatasan antara dua kerajaan, lalu dijadikan juga pusat pelatihan pasukan Kesultanan Cirebon sampai akhirnya menjadi situs Petilasan" pungkas Hasan.[AyoCirebon]
Situs yang terletak di Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon ini ramai dikunjungi para peziarah pada bulan tertentu. Ditempat tersebut, rutin diadakan acara seperti tradisi Muludan, haul buyut, rebo wekasan, tradisi safar, dan lain sebagainya.
Kuncen Situs Petilasan Keramat Pangeran Pasarean, R Hasan Ashari menerangkan situs ini merupakan petilasan Pangeran Pasarean ketika menyiarkan agama Islam khususnya di tanah Cirebon sekitar abad ke-15 Masehi. Kini, situs petilasan berubah menjadi areal pemakaman. Sedangkan Pangeran Pasarean dimakamkan di Gunung Jati.
"Banyak peziarah datang ke sini pada waktu-waktu tertentu khusunya ketika ada peringatan hari keagamaan" katanya, Kamis (18/10/2018).
Pangeran Pasarean, lanjutnya merupakan salah satu anak dari Sunan Gunung Jati. Ibunya bernama Nyi Mae Tapa Sari atau lebih dikenal dengan nama Putri Ki Ageng Tepasan yang berasal dari Majapahit.
"Nama aslinya adalah Pangeran Arifin, lahir tahun 1405 masehi. Dari kecil, dirinya sudah diajarkan ilmu agama oleh orang tuanya" ujar Hasan.
Menurut Hasan, tugas utama yang diemban Pangeran Arifin yakni menjaga perbatasan antara Kesultan Cirebon dan Kerajaan Galuh. Namun, karena Pangeran Arifin sering menggantikan Sunan Gunung Jati menjalankan tugas pemerintahan kemudian digelari Adipati Pangeran Pasarean.
"Tugas tersebut dilakukan ketika ayahnya sedang mensyiarkan agamas Islam ke daerah lain" ucapnya.
Dijelaskan, dulu situs petilasan merupakan tempat penggemblengan pasukan Kesultanan Cirebon. Tujuannya, untuk menjaga perbatasan agar aman dari serangan musuh. Terkadang, Pangeran Pasarean menemui utusan dari kerajaan lain di tempat tersebut.
Dikisahkan, ketika Pangeran Pasarean dan para prajuritnya hendak menuju ke Gunung Ciremai. Ketika melintasi wilayah Sumber, rombongan berhenti di sebuah gundukan tanah seperti hubung. Pangeran Pasarean lalu menggoresan senjata Cis-nya ditempat tersebut.
"Dipercayai, goresan senjata Cis-nya Pangeran Pasarean berubah menjadi Sungai Cipager, sedangkan gundukan tanah tadi sekarang bernama daerah Gegunung" sebut Hasan.
Di tempat itu juga, tambahnya, rombongan sempat dihadang oleh Sang Ikul Tua yang berwujud macan dan bertempur. Setelah mengetahui jatidiri Pangeran Pasarean, mereka sepakat untuk saling menjaga keamanan dari serangan musuh.
"Sang Ikul Tua adalah telik sandi Kerajaan Padjajaran. Tempat kesepakatan menjadi perbatasan antara dua kerajaan, lalu dijadikan juga pusat pelatihan pasukan Kesultanan Cirebon sampai akhirnya menjadi situs Petilasan" pungkas Hasan.[AyoCirebon]