Batalnya Kontes Mister dan Miss Gaya Dewata, LGBT Cirebon Angkat Bicara
Batalnya kontes Mister dan Miss Gaya Dewata 2018 di Bali, turut di sesalkan komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Cirebon. Pasalnya, jauh-jauh hari komunitas ini sudah mempersiapkan akan mengahadiri acara terbesar bagi kaum gay tersebut.
Komunitas LGBT Cirebon, sebenarnya sudah mempersiapkan ajang terbesar gay Nusantara, karena kontes tersebut dapat menjadikan ajang silahturahmi bagi kaum LGBT terutama gay. Karena dengan event besar mereka dapat bertemu orang-orang senasib dari berbagai daerah di Indonesia.
“Kami rencananya akan hadir di Bali, tapi apa boleh buat, kami dengar kontesnya di batalkan. Itukan wadah kami, kenapa sih selalu di permasalahkan, mereka tidak tahu bagaimana perasaan kami semua yang selalu di pandang sebelah mata,” kata Rio pentolan LGBT Cirebon
Tidak hanya itu, viralnya penolakan LGBT di berbagai daerah juga mendapat sorotan LGBT yang berdomisil di Cirebon dan sekitarnya. Mereka beranggapan masyarakat masih berpikiran dangkal, karena menuntut pelarangan hadirnya LGBT di tengah – tengah masyarakat.
Rio menambahkan dirinya merasa resah dengan berbagai penolakan dari masyarakat umum, karena merasa terancam kehidupan sehari–harinya saat menjalankan aktivitas.
“Penolakan di berbagai daerah sangat membuat takut kami semua, karena keselamatan kami menjadi taruhannya, padahal kami tidak pernah mengajak atau menganggu masyarakat selama ini,” ungkap Rio kepada pojokjabar.com
Rio mengaku komunitas LGBT di Cirebon sangat tertutup dan tidak sembarang orang bisa bergabung. Untuk itu, dirinya berharap masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan anggota keluarganya ikut terbawa komunitas LGBT.
“Sebenarnya yang kami takutkan rasa khawatir yang berlebihan dapat berubah jadi rasa amarah dan berimbas kepada keselamatan kami,” tutur Rio
Selama ini, lanjut Rio komunitas LGBT Cirebon tidak pernah mengajak seseorang untuk bergabung, mereka sengaja membentuk komunitas untuk diri mereka sendiri.
“Kami bentuk komunitas ini, untuk kami sendiri yang kata orang, kami ini mempunyai kelainan, saya sadar mungkin masyarakat tidak mengerti bagaimana rasanya menjadi orang yang tersisihkan karena itu kami bentuk komunitas agar bisa saling berbagi, bukan ke arah negatif,” ujarnya.
Dari penulusuran pojokjabar.com, anggota komunitas LGBT Cirebon tidak hanya berasal dari Cirebon, tetapi dari berbagai daerah yang dekat dengan Cirebon seperti Kuningan, Indramayu, Majalengka, Tegal yang jumlahnya mencapai ratusan, mulai dari tingkatan umur 15 tahun sampai 50 tahun keatas. Dari mereka juga kebanyakan sudah berkeluarga yang mempunyai istri dan anak.(pojokjabar)