Cirebon Masuk 10 Daerah Rentan Bencana di Jabar
Kabupaten Cirebon masuk 10 besar daerah paling rawan bencana alam di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, mitigasi bencana atau pengetahuan mengenai kebencanaan sudah harus diketahui oleh seluruh masyarakat sehingga timbul kewaspadaan.
“Cirebon masuk kategori rawan dan rentan terhadap Jawa Barat. Ini berarti masyarakat harus memiliki sensitifitas dalam mengantisipasi bencana,”tutur Penjabat (Pj) Bupati Cirebon, H. Dicky Saromi, Rabu 6 Februari 2019.
Kondisi itu, kata dia, harus membuat kebencanaan masuk dalam setiap rencana program atau penyusunan kebijakan. Seluruh pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat dituntut sama-sama bersikap pro aktif, terutama bagaimana caranya menekan seminimal mungkin dampak bila memang terjadi bencana.
“Harus mulai ada pemikiran bagaimana skenario yang harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak. Tentu yang paling penting ialah korban manusia, baru ke harta benda dan pemulihan situasi serta kondisi pasca bencana,” ujar Dicky yang juga mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat itu.
Pada pelantikan pengurus dan dewan kehormatan Palang Merah Indonesia (PMI) setempat, Dicky menyampaikan pula peran PMI pada masalah kebencanaan. Tugas dan peran PMI, tidak hanya sebatas pada bidang donor darah, tetapi bisa lebih luas lagi, ialah kesehatan masyarakat dan antisipasi kebencanaan.
“Kita koordinasi melakukan simulasi kebencanaan dengan PMI, pelatihan penanganan bencana kepada masyarakat secara terus-menerus dengan sasaran seluruh masyarakat punya kesadaran kalau daerahnya juga tak luput dari kerawanan,” tuturnya.
Dicky menjelaskan, tingkat kerawanan jenis-jenis bencana yang berpotensi terjadi di Kabupaten Cirebon terletak di antara pantai di sebelah utara dan gunung di selatan. Bencana tidak saja kekeringan saat musim kemarau, atau banjir di musim penghujan namun juga ada potensi kerentanan bencana lain.
“Cirebon juga rawan bencana vulkanologi berupa ancaman dari keberadaan Gunung Ciremai dan geologi, dari mulai tanah longsor sampai gempa bumi dari lempeng Sesar Balibis,” ujarnya.
Jenis bencana lain, ialah bencana biologi seperti penyebaran penyakit pada manusia dan tanaman. Berikutnya bencana lingkungan seperti sampah dan bencana sosial berupa konflik sosial dengan berbagai macam pemicu.
Ketua PMI Kabupaten Cirebon, Rd Sri Heviyana mengemukakan komitmennya untuk menjadikan organisasinya selalu berada di garis depan dalam penanganan kebencanaan. Selain peduli dengan tindakan lain, yang tidak boleh tertinggal ialah tugas pokoknya berupa penyediaan darah untuk kebutuhan masyarakat.
“Kita terus menggenjot agar punya persediaan darah dalam jumlah memadai. Dengan begitu, tidak saja bisa membantu masyarakat yang butuh darah setiap saat, maupun ketika terjadi banyak korban akibat bencana,” ujarnya.(Agung Nugroho)***[PikiranRakyat]
“Cirebon masuk kategori rawan dan rentan terhadap Jawa Barat. Ini berarti masyarakat harus memiliki sensitifitas dalam mengantisipasi bencana,”tutur Penjabat (Pj) Bupati Cirebon, H. Dicky Saromi, Rabu 6 Februari 2019.
Kondisi itu, kata dia, harus membuat kebencanaan masuk dalam setiap rencana program atau penyusunan kebijakan. Seluruh pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat dituntut sama-sama bersikap pro aktif, terutama bagaimana caranya menekan seminimal mungkin dampak bila memang terjadi bencana.
“Harus mulai ada pemikiran bagaimana skenario yang harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak. Tentu yang paling penting ialah korban manusia, baru ke harta benda dan pemulihan situasi serta kondisi pasca bencana,” ujar Dicky yang juga mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat itu.
Pada pelantikan pengurus dan dewan kehormatan Palang Merah Indonesia (PMI) setempat, Dicky menyampaikan pula peran PMI pada masalah kebencanaan. Tugas dan peran PMI, tidak hanya sebatas pada bidang donor darah, tetapi bisa lebih luas lagi, ialah kesehatan masyarakat dan antisipasi kebencanaan.
“Kita koordinasi melakukan simulasi kebencanaan dengan PMI, pelatihan penanganan bencana kepada masyarakat secara terus-menerus dengan sasaran seluruh masyarakat punya kesadaran kalau daerahnya juga tak luput dari kerawanan,” tuturnya.
Dicky menjelaskan, tingkat kerawanan jenis-jenis bencana yang berpotensi terjadi di Kabupaten Cirebon terletak di antara pantai di sebelah utara dan gunung di selatan. Bencana tidak saja kekeringan saat musim kemarau, atau banjir di musim penghujan namun juga ada potensi kerentanan bencana lain.
“Cirebon juga rawan bencana vulkanologi berupa ancaman dari keberadaan Gunung Ciremai dan geologi, dari mulai tanah longsor sampai gempa bumi dari lempeng Sesar Balibis,” ujarnya.
Jenis bencana lain, ialah bencana biologi seperti penyebaran penyakit pada manusia dan tanaman. Berikutnya bencana lingkungan seperti sampah dan bencana sosial berupa konflik sosial dengan berbagai macam pemicu.
Ketua PMI Kabupaten Cirebon, Rd Sri Heviyana mengemukakan komitmennya untuk menjadikan organisasinya selalu berada di garis depan dalam penanganan kebencanaan. Selain peduli dengan tindakan lain, yang tidak boleh tertinggal ialah tugas pokoknya berupa penyediaan darah untuk kebutuhan masyarakat.
“Kita terus menggenjot agar punya persediaan darah dalam jumlah memadai. Dengan begitu, tidak saja bisa membantu masyarakat yang butuh darah setiap saat, maupun ketika terjadi banyak korban akibat bencana,” ujarnya.(Agung Nugroho)***[PikiranRakyat]