Penghasilan Pembuat Terompet Makin Turun dari Tahun ke Tahun

Resmi (60 tahun) terus berkutat dengan bahan-bahan pembuatan terompet di kediamannya di Blok Tegalan, Desa Jamblang, Kecamatan Jamblang, Rabu (26/12/2018).

Ia sudah 30 tahun menjadi perajin terompet tahun baru, dan ia kerap mendapatkan order meski tidak saat tahun baru. Namun jangan bayangkan perajin terompet saat ini dengan perajin terompet beberapa tahun silam.

Perbedaannya cukup mencolok, sebab jika di tahun-tahun lalu penghasilan dari penjualan terompet cukup menggiurkan, kini tidak. Seiring dengan maraknya larangan untuk merayakan malam tahun baruan secara berlebihan, penghasilannya pun menukik tajam.

“Dulu sangat lumayan, setidaknya mengerjakan terompet beberapa bulan sebelum malam tahun baruan itu terbayar setelahnya. Tapi saat ini sulit untuk mendapatkan penghasilan yang lumayan, hanya sekedar bertahan saja, sebab saya rasa tidak mungkin berhenti begitu saja menjadi perajin terompet setelah 30 tahun,” kata Resmi, seraya menolak saat ditanya penghasilannya dari membuat terompet tersebut.

Meski penghasilan menurun drastis, namun ada sebagian pelanggan yang tetap setia menanti terompet buatannya.

“Ada yang ke Solo dan Palembang, mereka pelanggan setia saya, yang lainnya ada yang berhenti, mungkin karena menjual terompet sudah tidak dapat diandalkan lagi,” ungkapnya.

Senada dengan Resmi, suaminya yang bernama Manjuer (61 tahun) mengatakan, sebenarnya sudah tidak ada yang diharapkan dari membuat terompet malam tahun baruan.

“Kita padahal sejak lima bulan yang lalu membuatnya, tapi kami menyadari memang pelanggan sebagian sudah hilang, makanya kami kurangi jumlah terompet yang dibuat,”ujarnya.

Membuat terompet selama puluhan tahun, ditambah satu blok di desa ini semua warganya membuat terompet, menurut Manjuer, sangat tidak mudah berhenti begitu saja.

“Belum harga bahan baku yang naik, tapi kita tetap menjual dengan harga yang tetap. Itu salah satu faktor kenapa pendapatan kita menurun. Saya sepakat dengan istri saya, kita tidak mudah berhenti begiru saja, 30 tahun lamanya tangan kami bergulat dengan bahan-bahan terompet, menganyam dan sebagainya, membuatnya dengan sepenuh hati dan berharap memberikan keceriaan di malam tahun baru. Jadi daripada saya berhenti, tidak apa-apa pendapatan menurun,” katanya.

Pasangan suami istri ini menjual sekodi terompet seharga Rp 35 ribu untuk terompet biasa, untuk terompet berbentuk naga mereka menjual Rp 120 ribu untuk satu kodi, dan jika satuan mereka menjual terompet berbentuk naga Rp 40 ribu.

“Untuk membuatnya memang cukup pegal, bahannya mahal. Dan kalau stok untuk luar daerah tidak habis, kami menjualnya ke desa lain dengan menyuruh orang lain, daripada tidak terjual dan mubazir,” katanya.[KabarCirebonhttp://www.kabar-cirebon.com/2018/12/penghasilan-pembuatan-terompet-makin-turun-dari-tahun-ke-tahun/]

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :